ANDI WIBOWO
Pria kelahiran Jakarta 1985 ini merupakan owner dari 99 STUDIO PHOTOGRAPHY
- Karawang. Pengalamannya didunia photography membuatnya mencoba untuk merintis dunia usaha di bidang
ini.
Awal ia berkarir di dunia Photography dimulai sejak ia bekerja sebagai operator Photo box di M Photo Studio - Karawang, kemudian ia dipercayai oleh manajemen pusat sebagai Kepala Toko di M Photo Studio – Karawang.
Setelah berhenti bekerja ia membeli beberapa alat Studio seperti Photo Box dan sebagainya untuk modal membuka usaha. Puji syukur Allah SWT memberikan kesempatan untuk dia berkarya di bidang Photography sampai dengan saat ini.
Awal ia berkarir di dunia Photography dimulai sejak ia bekerja sebagai operator Photo box di M Photo Studio - Karawang, kemudian ia dipercayai oleh manajemen pusat sebagai Kepala Toko di M Photo Studio – Karawang.
Setelah berhenti bekerja ia membeli beberapa alat Studio seperti Photo Box dan sebagainya untuk modal membuka usaha. Puji syukur Allah SWT memberikan kesempatan untuk dia berkarya di bidang Photography sampai dengan saat ini.
FARIZ KALMA
Fariz Kalma lahir di Jakarta pada tanggal 03 April 1985 ini adalah seorang Sales
di salah satu unit Mikro Banking Bank Swasta di Jakarta pada awalnya.
Ia pernah menjalani pendidikan di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang bertempatkan di daerah Pasar Rebo - Jakarta Timur. Fariz mengemban pendidikan tersebut pada tahun 2005 namun ia belum sempat menyelesaikan pendidikannya dikarenakan keterbatasan biaya pendidikan yang dimilikinya.
Ia pernah menjalani pendidikan di sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang bertempatkan di daerah Pasar Rebo - Jakarta Timur. Fariz mengemban pendidikan tersebut pada tahun 2005 namun ia belum sempat menyelesaikan pendidikannya dikarenakan keterbatasan biaya pendidikan yang dimilikinya.
Kehidupan yang memprihatinkan sudah ia pernah jalani mulai dari
Cleaning Service ; Sales Door to Door dan masih banyak pekerjaan yang ia
jalani. Namun merasa tidak ‘kerasan’ dan tidak cocok dengan profesinya
tersebut. Akhirnya, pada tahun 2012, Fariz melaksanakan tekadnya yang sudah
bulat. Beliau berusaha merintis mendirikan Studio Photo di Cibitung bersama
Andi Wibowo & Anom. Ini merupakan sejarah awal dari berdirinya 99 STUDIO
PHOTOGRAPHY.
Sebetulnya Fariz sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang dapat
dikatakan cukup untuk terjun ke dunia fotografi ini. Pendidikan yang pernah ia
jalani itu tidak mempunyai hubungan dan sangkut paut dengan bidang yang akan
digelutinya saat ini. Alasan Fariz memilih berprofesi sebagai fotografer
ini tidak mempunyai jawaban yang pasti. Beliau hanya berkata ingin mempunyai
pekerjaan yang dapat menjadi sumber penghidupannya di masa depan nanti tanpa
harus mengemban pendidikan atau kuliah lagi. Fariz mencoba untuk menekuni lebih
dalam dunia fotografi ini dengan mandiri. Ia tak hentinya belajar dan belajar
supaya menjadi seorang fotografer handal.
Om IWAN
Pengalamannya di dunia Photography sudah tidak diragukan lagi setelah
keluar dari pekerjaannya di Studio Photography milik Darwis Triadi, ia berusaha
untuk mandiri sebagai profesional di bidang Photograhy. Dunia
photography baginya sebuah hobi yang kini bukan lagi milik kaum eksklusif
seperti wartawan dan fotografer saja. melainkan Dunia photography hari ini
telah menjadi milik semua kalangan.
Melihat dan menilai tentang perkembangan
photography dari segi kuantitas sumber daya manusia yang menggeluti bidang ini
beserta kualitas keahliannya yang hari ke hari semakin maju, ia justru memiliki
kekhawatiran. Berdasarkan pengalamannya berkecimpung dalam dunia photography
selama lima belas tahun, ia menyebut bahwa dunia
photography Indonesia
memprihatinkan. Di balik semua kemajuan positif dunia photography Indonesia,
kemajuan tersebut tidak diimbangi dengan kedewasaan sumber daya manusianya. Dunia
photography saat ini dijadikan ajang komunitas.
Saling mengadu kehebatan antar-komunitas.
Akibatnya tidak ada lagi ruang saling menghargai dan menghormati. Kalaupun ada,
itu terbatas hanya sesama anggota komunitas saja. Iwan menyebut dunia
photography Indonesia sebagai ‘dunia iri’ atau ‘dunia taman kanak-kanak’ di
mana persaingan begitu menjadi kepentingan nomer satu.
Dalam menekuni dunia
photography ia tidak semata-mata mengandalkan teknik photography saja, tetapi
juga soft skill sebagai photographer, seperti bagaimana cara mengendalikan
hati, pikiran, mengamalkan ilmu, tidak berpikir secara komunitas atau kelompok,
tapi global, dan tentunya attitude yang baik sebagai seorang
photographer.